[CERPEN] Alergi Fisika
"Ah, fisika lagi." keluhku melihat guru fisika yang telah duduk di meja guru.
Aku kemudian melangkahkan kaki menuju bangku yang berada di depanku. Bangku di samping Ana.
"Hai Na, aku duduk di sini, ya?" Kataku meminta izin pada Ana untuk duduk di sebelahnya.
"Hmm ... iya. Aku juga sendirian, soalnya Yunira tidak datang sekolah hari ini." Ana menyambutku ramah dengan sebuah senyum yang terpancar dari wajahnya.
Guru fisika pun mulai menjelaskan seluk-beluk rumus yang begitu menyesakkan pikiranku.
" Ana, kamu kenapa?" tanyaku pada Ana. Terlihat wajahnya berubah.
"Nari, apakah wajahku terlihat pucat?" pertanyaanku malah dibalas dengan pertanyaan.
"Hmmm...." Jawabku.
Guru fisika yang sesekali melihat kearahku memaksaku untuk tak terlalu memperhatikan kaeadaan Ana sekarang. Ana pun tak menginginkan kalau aku terus memandanginya dengan keaadaanya yang memucat.
" Nari...." Katanya meraih tangan kiriku yang terletak di atas meja.
" Ana, kenapa?" kataku prihatin.
Kulihat wajahnya kini semakin pucat, keringatnya bercucuran, dan tangannya pun terasa dingin.
"Perasaanku ngak enak nih ... kayak mau pingsan gitu." Katanya dengan pelan-pelan dan begitu lemas.
Tanganku semakin memengang tangannya dengan erat. Namun, lagi-lagi soal yang diberikan bu guru membuatku harus berpaling dari Ana. Tapi, tanganku tetap memengang tangannya erat.
Sesekali bu guru berjalan di sampingku sekedar melihat apakah aku mengarjakan atau tidak? Ana yang semakin lemas juga berusaha mengerjakan tugas fisika dengan tangan kirinya.
"Kamu harus lawan perasaan itu." Kataku menyemangatinya.
"Iya, tapi rasanya perasaanku semakin memburuk?"
"Mata kamu berkunag-kungang, ya?" tanyaku memastikan keadaannya.
"Iya, seditkit berkunang-kunag. Hmm ... kalau aku pingsan, kamu ngak usah bilang sama yang lain, ya! Anggap saja aku lagi tidur. Dan kalau sampai ditahu bu guru, jangan buka kerudungku, ya! Soalnya aku tahu kalau orang pingsan pasti kerudungnya dibuka biar ngak apalah itu...." Katanya dengan sebuah senyum yang ikut mengekor.
Aku pun tersenyum kecil. Tapi, wajahnya yang semakin memprihatinkan membuatku berhenti tersenyum
"Hmmm...." Jawabku diikuti sebuah anggukan.
"Heeeehhh ... kok kayak jadi wasiat gitu, ya?!" katanya dengan senyum di wajah pucatnya.
Aku juga malah tersenyum. Ngak tau kenapa rasanya ada sebuah kekonyolan di tengah suasana yang begitu menghimpit di tengah sakit yang dirasakan Ana.
Lagi dan lagi, bu guru sering melihat ke araku. Dan jika itu terjadi, aku pura-pura mengerjakan soal fisika yang super-duper ngak karuan.
Waktu terus berjalan, mengikis jam pelajaran fisika. Ya, itulah yang kuharapkan setiap belajar fisika, supaya waktu berjalan dengan cepat.
Aku sesekali memandangi Ana. Namun, tak ada yang berubah dengannya. Ia terlihat tetap lemas.
Aku takjub ia tetap berusaha mengerjakan soal fisika itu. Aku tetap memengang tangannya sampai sekarang.
Soal demi soal harus kulalui dengan begitu banyak rintangan, mana ada soal yang ngak karuan banget. Tapi, ya sudahlah.
Tiiiiiiiiiiiiiiiiingggggggg.
Bel tanda istirahat berbunyi, mengakhiri pelajaran fisika yang sangat-sangat menguras tenaga dan pikiran itu.
" Gimana Ana? Udah baikan belum?" tanyaku melepas pulpen yang sedari tadi kupegang. Tanpa kusadari tangan kiriku pun telah kosong tanpa tangan Ana dalam genggamanku.
"Hmmm ... rasanya udah segar kembali?! Hehehehh...." senyumnya merekah, wajahnya pun tampak segar. "Aku alergi fisika mungkin ya?" lanjutnya.
"Heehehehh...."
Senyum kami pun merekah dengan bebas, bersamaan dengan perginya bu guru fisika.
.
Bumi, 2015.
Note: cerita hanya fiksi belaka, yang bertentangan dengan norma cukup jadikan bagian dari cerita serta ambil hikamahnya aja ya
Post a Comment for "[CERPEN] Alergi Fisika"
Post a Comment